Wednesday 1 June 2016

Heat Stroke


Bismillahirohmanirohim
Nah seperti yang sudah saya janjikan sebelumnya. Kali ini kita bahas tentang “Heat Stroke” yuk. J

Jadi ceritanya saya diberikan kesempatan untuk menjadi pendukung kesehatan pada lomba TNI Angkatan Darat tingkat nasional di Cipatat. Lombanya gak main-main loh, digelar selama satu minggu dan hampir sebagian besar menggunakan kekuatan fisik. Lomba yang menguras fisik salah satunya adalah lintas medan. Aturan mainnya adalah peserta harus melewati hingga delapan pos untuk sampai di garis finish. Dari pos ke pos ditempuh dalam jarak 1 hingga 2 km, nah jadi coba itung sendiri aja kalo 8 pos berapa kilometer. Berat kan? Belum lagi medan yang ditempuh bukanlah jalan yang biasa, dari mulai naik bukit hingga menyusuri lembah dengan kondisi yang terik membuat peserta lomba cepat lelah. Termasuk mereka harus menggunakan atribut lengkap seperti tas, helm, dan yang lebih berat lagi adalah senjata.

Sekarang, gimana kalo kita jadi mereka? Yakin kuat? Paling satu pos udah bakal nyerah karena kondisi fisik kita yang mungkin berbeda dibandingkan tentara. Hiks...
TAPI.......................
Bagaimana dengan mereka? Nah karena mereka membawa gengsi daerah masing-masing membuat mereka kadang sangat memaksaan diri. Ini yang sebenarnya para dokter takutkan loooh. Termasuk saya yang menjadi dokter on site bersama teman teman yang lain T.T
Pada akhirnya hal yang saya takutkan pun terjadi. Beberapa peserta tumbang di garis finish dengan tingkat kesadaran yang tidak baik, omongan yang meracau, dan suhu badan yang tiba tiba sangat tinggi. Nah inilah beberapa tanda heat stroke yang mungkin nanti bakal kita jumpai ketika kita berada pada aktivitas outdoor. Sebelum bahas heat stroke tau gak teman-teman kenapa kita berkeringat? Yap betul, berkeringat merupakan salah satu proses pengeluaran panas. Pada intinya di dalam tubuh kita terdapat keseimbangan dalam pengeluaran panas yang ada di tubuh meskipun kita terpapar matahari dalam jangka waktu tertentu.

Apa itu heat stroke?
Ketika sistem pendingin tubuh kita tidak dapat menahan tingkat panas yang ada, kita akan mengalami dehidrasi dan suhu tubuh akan meningkat >38 C. Selanjutnya kita akan mengalami kondisi penyakit yang berhubungan dengan panas salah satunya adalah Heat Stroke. Kondisi Heat Stroke adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan medis. Seseorang bisa meninggal jika tidak ditangani secara benar. Berikut tanda dan gejala heat stroke:
1.      Perilaku irasional dan pasien tampak bingung
2.      Kejang
3.      Penurunan kesadaran
4.      Tidak ada keringat dan kulit kering
5.      Suhu tubuh tinggi hingga mencapai 400C atau lebih

Lalu, Bagaimana jika menemukan kondisi demikian di sekitar kita?
Mau gak mau kita harus bertindak cepat semampu kita karena setiap waktu berjalan begitu berharga terhadap keberlangsungan hidup penderita, berikut yang bisa kita lakukan di tempat
1.      Telepon rumah sakit dan meminta bantuan orang orang di sekitar
2.      Ceburkan ke dalam air dingin atau pancuran air dingin, semprot dengan selang, dan kipas yang kencang
3.      Kaki di elevasikan (dinaikkan)
4.      Jika sadarkan diri berikan minum yang banyak, jika tidak sadarkan diri jangan berikan minum dan nantinya pasien akan diberikan cairan lewat infus
5.      Periksa suhu badan dengan termometer secara berkala

Nah itu salah satu langkah sederhana yang bisa kita lakukan di tempat, segaknya kita bisa menolong pasien lebih awal sebelum nantinya dibawa ke rumah sakit ^_^

Trus gimana dong agar kita terhindar dari heat stroke? Terutama pada saat beraktivitas di lapangan yang terik dalam jangka waktu yang lama.
Pada intinya adalah cegah supaya tubuh kita jangan terlalu banyak terpapar panas dalam waktu yang lama dan membuat pengeluaran panas pada tubuh kita berproses dengan baik. Berikut cara yang bisa kita lakukan seperti:
1.      Menggunakan pakaian yang cerah dan tidak terlalu tebal
2.      Minum air sedikitnya setiap satu jam, jangan tunggu sampai merasa haus
3.      Hindari minum kopi, bir, atau minuman lainnya yang membuat kita sering ke kamar mandi (hal ini bisa menyebabkan dehidrasi)
4.      Jika dirasa matahari dirasa terlalu terik, tidak ada salahnya kita berteduh untuk sementara waktu

Sederhana bukan? Hal yang sederhana seperti ini bisa menyelamatkan hidup seseorang loh, tentunya atas izin Allah SWT. Semoga artikel ini bisa bermanfaat ya. Terima kasih ^_^

Share »»  READMORE...

Saturday 8 August 2015

Cinta Kita



Oleh: Dimas Febrian Purnomo
Bandung, 7 Agustus 2015 (Pukul, 23.46 WIB)


Cerita kita…
Disaat kita bertemu, namun tidak saling memandang
Disaat kita terlihat acuh, namun penuh pertanyaan di benak
Disaat kita berkeyakinan, namun ditepis dengan keraguan

Pertemuan kita…
Merupakan awal interaksi dari dua hati
Dua hati yang saling ingin berkomunikasi
Lewat untaian ayat-ayat romantis Illahi

Acuh kita…
Merupakan sebuah rasa cinta yang saling kita ungkapkan
Hati yang saling tertambat untuk mencoba memaafkan
Atas segala pertanyaan irelevan yang menyebabkan kegalauan

Keyakinan kita…
Adalah akumulasi dari setiap keraguan
Keraguan akan pilihan yang berlandaskan nafsu setan
Keraguan akan jasad yang belum bermandikan keimanan

Kerinduan kita…
Adalah sebuah misteri yang belum terpecahkan
Harapan yang diisi dengan sebuah keyakinan
Menjelma menjadi hembusan nafas atas doa-doa yang terpanjatkan

Semoga cinta kita…

Membuat kita tersadarkan bahwa cinta sejati hanyalah kepadaMu
Terisolasi dalam relung sebagai upaya tunduk kepadaMu
Sehingga benih-benih cinta yang terus tumbuh dan tumbuh
Menjadikan kita insan yang selalu melangkahkan kaki di jalanMu







Share »»  READMORE...

Friday 1 May 2015

Selalu Saja


Oleh Dimas Febrian Purnomo
Jakarta, 1 Mei 2015 (Pukul 19.01 WIB)


Selalu saja
Ketika aku benar-benar rindu untuk sekadar menatapmu
Aku ditinggalkan dalam keadaan penuh tanda tanya
Kemanakah selama ini ketika aku membutuhkanmu?

Selalu saja
Ketika aku melarangmu untuk pergi
Kamu mengindahkanku dengan alasan yang sama
Kamu selalu mengatakan bahwa kamu akan kembali

Selalu saja
Ketika diriku beku dan dingin akan sore yang sepi
Kamu hanya menatapku sampai langit berubah senja
Tak sedikitpun mendekat, tak sedikitpun menghampiri

Namun, selalu saja
Kamu membuatku tersenyum akan suatu janji yang terpatri
Janji untuk berusaha memberikan manfaat pada dunia
Dan janji untuk menemuiku walau tak sedikitpun kamu menyentuh diri ini

Aku selalu menyayangimu, namun aku tau sulit dirimu untuk mendekatiku
Aku merasakan diriku semakin sakit, namun aku mencoba untuk terus bertahan
Aku harap semakin banyak orang yang mengerti kisah cintaku
Setidaknya, mereka menyadari cinta kita akan membawa akhir bagi setiap insan

Sayangku, aku akan senantiasa menunggumu di sini
Aku akan tetap bertahan walau diriku semakin rapuh
Kemarilah ketika semua urusanmu sudah selesai
Dan mendekatlah ketika suara sangkakala benar-benar bergemuruh

Matahari….
Doakan aku tetap bisa menjadi tempat yang nyaman untuk beribadah ya….

Kekasihmu selalu,

Bumi
Share »»  READMORE...

Tuesday 23 December 2014

Senyum Kami Adalah Senyum Masyarakat Indonesia



Oleh: Dimas Febrian Purnomo

Bandung, 23 Desember 2014
Pukul 21.03 WIB


Mata yang terlihat layu menunjukkan sebuah cerminan penuh harap
Berusaha menafsirkan segala kelelahan tanpa mengetahui sebab
Layaknya sekecil api yang semakin terlihat akan lenyap
Memancarkan siluet atas peluh yang terasa semakin lembap

Memandang setiap jeritan, tangisan, binar mata akan sebuah harapan
Membuatku terasa semakin sesak memikirkan apalah arti harapan
Jika sebuah kehidupan hanya menjadi langkah diperjalanan
Jika sebuah kematian hanya berarti tuk melepaskan penderitaan

Apakah yang mereka butuhkan?
Bukan kepastian akan kesembuhan, melainkan kepastian akan pengabdian
Apakah yang mereka inginkan?
Bukan sekadar bantuan, melainkan senyuman yang berlandaskan keikhlasan

Namun, sudah sejauh apakah kita berusaha dan memikirkan
Jika masih banyak kekecewaan akan setiap pelayanan
Sudah sejauh apakah kita mengerti arti empati
Namun diri ini masih saja gelap akan pengakuan dan harga diri

Ya Allah, bukakanlah pintu hati ini tuk hanya mengharap keridhaan
Jadikanlah setiap indra kami tergerak tuk hanya beribadah kepadamu
Agar kami tidak terjurumus dalam pedihnya akan sebuah siksaan
Agar kami tidak menjadi manusia yang hanya tergerak oleh bayang semu

Jangan mudah lelah wahai tenaga kesehatan indonesia
Karena sesungguhnya istirahat yang paling indah hanya di surga
Jangan mudah goyah akan kemunafikan di dunia wahai tenaga kesehatan indonesia
Karena sesungguhnya setiap jasad akan diminta pertanggungjawabannya

Teruslah berkarya tuk meningkatkan potensi diri
Teruslah melangkah walau usia terasa semakin menua
Karena peluh yang tercipta dari pengabdian tanpa henti
Melahirkan senyuman akan rasa syukur dari masyarakat indonesia
  


Share »»  READMORE...

Tuesday 16 December 2014

Kita Akan Kembali Bertemu

           

         “Pemandangan hari ini sangat indah ya,” senyumku sambil menatap cakrawala di pagi hari. Langit terlihat begitu cerah dan matahari serta awan putih seperti tidak mau ketinggalan untuk ikut serta dalam meramaikan suasana pagi ini. Beberapa mobil yang tampak macet di jalanan juga turut berebut untuk sekadar menyaksikan sebuah perhelatan akbar manusia-manusia terpilih. Hari ini, orang-orang yang dipersiapkan untuk menjadi ksatria-kastria tanah air telah mencapai titik nadir mereka. Sebuah puncak kebahagiaan atas segala peluh, pikiran yang terkuras untuk mengisi ruang ilmu di setiap saraf otak, dan hati yang telah memuliakan waktu tuk sekadar menjadi orang yang bermanfaat untuk masyarakat baik disadari maupun tidak disadari oleh mereka. Termasuk aku, yang juga menjadi salah satu di antara mereka yang mendapatkan salah satu karuniaNya. Ya kawan, hari ini adalah hari penobatan kelulusanku.

            Telepon genggamku tiba-tiba bergetar dan aku mengangkat telepon yang sedari tadi ternyata sudah empat panggilan masuk tanpa aku sadari. “Dimas lagi dimana? Ini bisnya di depan Unpad,” aku mendengar suara ayahku yang senyap-senyap dikalahkan oleh bisingnya keramaian prosesi pagi ini. “Ini lagi di depan ruangan prosesinya,” jawab aku. Belum sempat aku bertanya mereka lagi dimana, tiba – tiba suara hilang. “duh kenapa mati disaat penting kayak gini,” kesalku sambil mencoba menyalakan telepon genggamku yang tiba-tiba mati. “oh iya, kok mereka naik bis? Kenapa gak bawa mobil aja,” batinku. Tidak terasa prosesi akan segera dimulai. Panitia wisuda seperti tidak ada lelahnya mengajak para peserta masuk ke dalam ruangan untuk memulai prosesi. Layaknya induk ayam yang bertemu dengan anak-anaknya, para peserta wisuda seperti asyik sendiri bercengkrama dengan keluarga mereka tanpa memperdulikan panggilan panitia. Akan tetapi, hanya aku yang sedari tadi seperti anak ayam kehilangan induk. Berkali-kali aku mengalihkan setiap pandangan, namun belum menemukan keluargaku. Belum selesai mencari, panggilan panitia semakin tegas untuk meminta peserta memasuki ruangan. Aku pun mau tidak mau harus masuk juga tanpa berbincang-bincang atau hanya sekadar bertatap muka dengan keluarga yang aku sayangi.

            Prosesi dimulai berjalan dengan lancar disertai dengan tepuk tangan yang riuh bersautan. Satu per satu peserta dipanggil untuk naik ke podium untuk menerima sebuah map yang menjadi idaman setiap mahasiswa sarjana. Lalu acara dilanjutkan dengan persembahan vokal yang merdu dari paduan suara mahasiswa. Tidak ketinggalan beberapa perwakilan peserta juga menyerahkan secara langsung bunga kepada ibu mereka sebagai tanda terima kasih atas pengorbanan yang telah mereka berikan. Lantunan indah dari lirik lagu yang berjudul “Bunda” bersenandung mengisi sudut-sudut ruangan. Suasana haru mengisi atmosfer di ruangan ini. Isak tangis berderai tak tertahankan sebagai tanda syukur atas kelulusan kami dan rasa terima kasih kami atas dukungan yang telah diberikan orang tua kami.

            Lapangan parkir tampak penuh setelah prosesi ditutup. Akan tetapi, bukan dipenuhi oleh kendaraan melainkan dipenuhi dengan para peserta prosesi dan keluarga mereka yang tampak asyik saling bercengkrama satu sama lain. Dari kejauhan akhirnya aku melihat keluargaku yang sedang bercanda tawa dengan sekolompok orang yang aku tahu merupakan teman kerja ayahku. “ternyata bawa teman-teman kantornya juga, pantesan naik bis,” aku tersenyum. Selang beberapa menit aku menatap mereka. aku melihat dari kejauhan hanya ayahku yang sudah menyadari keberadaanku. Beliau mengalihkan perhatiannya dan menatap dari jauh anaknya yang sedari tadi mencarinya. Aku melihat senyuman yang hangat terpancar dari raut mukanya. Kami masih saja menatap satu sama lain dari kejauhan. Untaian kata yang tidak terucap, namun bisa kurasakan bergema di relung hatiku
“selamat ya Dimas, semoga menjadi dokter yang baik. Maaf kalo kita gak bisa berbincang satu sama lain. Suatu saat nanti, di lain kesempatan mungkin kita akan bertemu lagi. Saling bertukar cerita dengan kamu, mama, dan juga adik kamu.”

Aku terbangun...
Mencoba menafsirkan apa yang baru saja aku alami...
Ternyata hanya mimpi...
Allah...

            Klise-klise masa lalu seperti membanjiri ingatanku. Aku tersenyum dalam isak tangis. Air mata penuh rindu dan juga sedih yang tidak tertahankan menetes perlahan. Tersadar sudah 4 tahun aku tidak bertemu dengannya setelah beliau benar-benar tertidur sebelum sempat aku untuk sekadar mengatakan, “aku diterima di kedokteran Unpad, aku akan jadi dokter.” Aku sangat menyayangi ayahku, seseorang yang jarang sekali menampakkan wajah lelah di depan anaknya. Seseorang yang tidak pernah sedikitpun menyerah atas impianku untuk menjadi dokter. Bukan hanya impianku, melainkan impian kami. Namun, takdir berkata lain. Tepat seminggu sebelum aku menjalani SNMPTN Sang Kuasa memanggilnya.

Jam tangan menunjukkan pukul 02:30. Aku bergegas untuk mengambil wudhu...
“Aku akan memberikan kado untuknya malam ini,” benakku sambil tersenyum..


Teringat masa kecilku
Kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu
Buatku melambung
Disisimu terngiang
Hangat nafas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi
Serta harapanmu

Kau ingin ku menjadi
Yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu
Jauhkan godaan
Yang mungkin kulakukan
Dalam waktuku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku
Terbelenggu jatuh dan terinjak

Reff :
Tuhan tolonglah sampaikan
Sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
Tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya
Ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu

Andaikan detik itu
Kan bergulir kembali
Kurindukan suasana
Basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu
Yang pernah terlewati

Ada Band: Yang Terbaik Bagimu
            
Share »»  READMORE...

Thursday 21 August 2014

Harapan Akan Selalu Ada


Isak tangis...
Teriakan....
Sesak...

Jika di dunia ini tidak terdapat “cinta” mungkin tidak ada kesedihan akan sebuah penderitaan orang yang dikasihi. Jika di dunia ini tidak terdapat “harapan” mungkin tidak ada usaha dan doa yang terpanjatkan dari bibir yang kelu oleh isak tangis

Waktu menunjukkan pukul 11.11 WIB di suatu poliklinik RSUD di Kabupaten Bandung. Suasana tampak seperti biasanya, hilir mudik ibu-ibu atau bapak-bapak yang membawa anaknya untuk berobat. Mereka tampak sabar menunggu untuk mendapatkan giliran.Seorang ibu yang terpanggil namanya pun menghampiri meja.

 “Kenapa bu anaknya?”

            “ini dok, anak saya demam sudah 2 hari, tiba-tiba saja dingin begini”
Saya pun memegang lengan dan kakinya yang terasa semakin dingin. “Apa mungkin hipovolemic shock? Coba cek nadinya deh,” pikir saya. Nadi yang teraba lemah semakin menuju indikasi apa yang saya pikirkan. Saya pun mencubit bagian kulit untuk mengecek capillary refill time (waktu yang dibutuhkan darah dalam mengisi pembuluh darah kapiler). Saya pun terkaget ketika melihat pengisian darah kapiler sangat lambat. Tidak perlu berpikir panjang lagi kami pun membawa anak tersebut ke instalasi gawat darurat.

            Suasana IGD sangat ramai kala itu, dan kebetulan hanya ada satu brangkar yang kosong. Kini dihadapan kami tergeletak seorang anak yang terlihat semakin lemah bahkan air mata pun tidak keluar dikala dia menangis.

Kondisi hipovolemic shock adalah kondisi dimana pasien kehilangan cairan yang sangat banyak khususnya di pembuluh darah. Jika cairan menurun drastis di dalam pembuluh maka tekanan darah pun akan semakin lemah dan pertukaran oksigen serta metabolisme energi pun bisa semakin terganggu. Dalam hal ini pasien mengalami shock kemungkinan disebabkan oleh demam berdarah. Jika kalian mengetahui fase-fase demam berdarah maka ada yang namanya fase kritis, fase dimana pasien demam berdarah dengue mengalami penurunan suhu yang dikarenakan kebocoran cairan di pembuluh darah. Inilah yang dialami oleh pasien kami saat ini.

Cairan infus dan beberapa peralatan untuk memasukkan cairan pun sudah disiapkan oleh perawat. Perawat yang lebih senior mencoba untuk memasukkan jarum infus ke salah satu pembuluh darah vena di kaki, namun kali ini sepertinya gagal. Selanjutnya jarum infus diganti dengan yang lebih baru. Perawat yang lain mencoba untuk memasukkan jarum infus ke bagian pembuluh darah yang lain, namun tetap gagal. Berkali kali terus mencoba dan terasa semakin sulitnya jarum infus untuk masuk ke dalam salah satu pembuluh darah.

Saya pun memang menyadari betapa sulitnya untuk memberikan cairan infus pada pasien shock . bisa dibayangkan pembuluh darah sangatlah elastis. Lalu, tahukah apa yang terjadi jika seseorang mengalami kekurangan cairan yang berlebihan? pembuluh darah pun akan semakin sempit karena sedikitnya cairan yang mengisi pembuluh dan selang infus pun akan semakin sulit untuk dimasukkan.

Kami terus berpacu dengan waktu untuk menyalamatkan seorang anak yang semakin kehilangan kesadaran. Pertolongan pertama pada pasien ini hanyalah dengan memasukkan cairan lewat pembuluh darah. Namun, sudah setengah jam kami belum bisa membuka rute cairan infus ke dalam pembuluh darah. Akhirnya kami memutuskan untuk membawa pasien ke ruang operasi untuk diinfus oleh yang lebih ahli yaitu dokter spesialis anestesi.

Dalam perjalanan menuju ruang operasi saya melihat betapa anak ini sangat membutuhkan cairan. Bahkan sejak daritadi, terlihat lemahnya tubuh sampai-sampai menangis pun sudah tidak mampu. Sejak dari tadi pula seorang ibu yang terlihat semakin murung dan terisak dikala anaknya berkali kali berteriak dimasukkan jarum infus. Bagaimana jika anak kita sendiri yang mengalami demikian?

Sesampainya di ruang operasi keadaan semakin mencekam. Kami bekerja pun seperti terasa sesak oleh meningkatnya denyut jantung yang terus terpacu karena rasa kecemasan kami. Anak ini semakin terbaring lemah dan terlihat seperti mengantuk akibat kesadaran yang semakin menurun karena kurangnya asupan ke otak. Sekali lagi, anak ini hanya butuh jalur cairan terbuka, namun berkali-kali pun sampai dokter anestesi pun belum bisa untuk membuka jalur tersebut. Ibu dari anak ini semakin menangis tak tertahankan, bagaimana tidak, dipanggil namanya pun anak ini sudah tidak bisa berespons. Sesekali kami seperti terlihat semakin menyerah karena letih yang menghampiri. Sampai untuk memasukkan cairan lewat sumsum tulang pun sudah dilakukan namun hampir semua jarum yang dipakai bengkok ketika mencoba melewati tulang.

Dada saya semakin sesak...
Beberapa kali saya diperingatkan untuk tidak mengeluarkan air mata oleh dokter pembimbing saya yang bahkan beliau sendiri terlihat semakin sembap matanya.

Detik demi detik....
Menit demi menit..
Kejaiban tiba-tiba terjadi....
Tahukah kawan? Seorang anak yang lemah bahkan tidak bisa menangis lagi tiba-tiba menengok ke sebelah kiri dibarengi dengan tangisan yang melengking. Pada saat itu seraya anak itu coba menunjukkan bahwa masih ada pembuluh darah di leher yang masih besar dan terlihat. Anak itu sekali lagi menangis dan pembuluh darah di leher pun semakin terlihat karena tangisan yang membuat anak ini mengedan. Saat itu pula, dokter ahli anestesi tersadar sambil meminta perawat untuk mengambil jarum infus.

Ya Allah Maha Besar Engkau
Inilah harapan, inilah buah dari cinta seorang ibu yang terus mendoakan anaknya

Selang infus akhirnya terpasang di leher. Cairan infus dibiarkan dipercepat tetesannya untuk memenuhi kebutuhan cairan anak ini. Dalam waktu 15 menit kesadaran anak ini kembali pulih dan kembali menangis. Anak ini mungkin tidak tahu apa yang terjadi, tapi siluet siluet jarum, darah, teriakan tangis, dan bahkan fenomena-fenomena menuju kematian yang terpampang di depan mata, terekam dengan sangat jelas oleh ibu anak ini.     

Saya masih bersama dokter pembimbing saya, menemani seorang ibu yang sedang mengelus-elus anaknya. Kami mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Isak tangis kembali menyelimuti ibu ini ketika kami menceritakan secara detail jika terlambat sedikit saja anaknya dibawa ke rumah sakit. Namun, saya merasakan inilah isak tangis penuh syukur dari seorang ibu atas keselamatan dari anak yang dicintainya. Inilah buah dari doa yang tiada henti dipanjatkan serta usaha tanpa henti untuk mengejar harapan.


Jika di dunia ini tidak terdapat “cinta” mungkin tidak ada kesedihan akan sebuah penderitaan orang yang dikasihi. Jika di dunia ini tidak terdapat “harapan” mungkin tidak ada usaha dan doa yang terpanjatkan dari bibir yang kelu oleh isak tangis

  
Share »»  READMORE...

Wednesday 23 July 2014

Kami Selalu Menyayangi Kalian



Oleh Dimas Febrian Purnomo
Bandung, 23 Juli 2014
Pukul 17.11 WIB

Menapaki satu demi satu anak tangga
Tak risau kalian mencoba dengan berbagai cara
Kalian pun terjatuh, diikuti dengan tangisan penuh manja
Menampakkan lemahnya tubuh, lagi tak berdaya

Air mata terurai
Namun, itu hanya sebuah respons dari tubuh yang terlukai
Perlahan tapi pasti
Kalian mulai menmpakkan raut wajah yang berseri

Bukan tanpa alasan sebuah perubahan wajah yang tampak berseri
Kami, orang dewasa pun mungkin tak mengerti
Bahwa di balik tubuh yang mungkin belum bisa berdiri
Tersimpan angan-angan yang bertajuk untaian mimpi-mimpi

Kalian pun mulai kembali menapaki anak tangga dengan mantap
Satu dua, satu dua, satu dua, hap hap hap
Melupakan klise-klise tangisan yang membuat mata sembap
Dengan kepala menghadap ke atas, seakan angan dengan kalian saling menatap

Selang beberapa menit kemudian
Tiba-tiba kalian terdiam
Kami pun orang dewasa hanya bertanya-tanya
Ada apa dengan kalian? Kenapa?

Tersenyum...
Tertawa kegirangan...
Sekali lagi kami orang dewasa hanya bertanya-tanya
Ada apa dengan kalian? Kenapa?

Tak ada kata yang terucap, namun kami mulai mengerti
Senyum dan tawa kalian memberikan arti tersendiri
Seakan-akan kalian mencoba menunjukkan kepada kami
Betapa bahagianya kalian ketika telah mencapai anak tangga tertinggi

Senyum kalian menunjukkan keikhlasan
Langkah kalian menunjukkan perjuangan hidup tanpa henti
Tahukah betapa irinya kami dengan kalian?
Terhadap sesosok manusia dengan hati dan pikiran yang belum ternodai

Teruslah tersenyum anakku, walau usia kalian semakin menua
Teruslah melangkah anakku, walau berbagai rintangan menerpa
Teruslah bermimpi anakku, walau kalian belum bisa berbuat apa-apa
Dan teruslah buktikan anakku, bahwa kalian adalah anak-anak kebanggaan Indonesia

Kami....
Para orang dewasa...
Selalu menyayangi kalian...
Seutuhnya..
Share »»  READMORE...