Thursday 21 August 2014

Harapan Akan Selalu Ada


Isak tangis...
Teriakan....
Sesak...

Jika di dunia ini tidak terdapat “cinta” mungkin tidak ada kesedihan akan sebuah penderitaan orang yang dikasihi. Jika di dunia ini tidak terdapat “harapan” mungkin tidak ada usaha dan doa yang terpanjatkan dari bibir yang kelu oleh isak tangis

Waktu menunjukkan pukul 11.11 WIB di suatu poliklinik RSUD di Kabupaten Bandung. Suasana tampak seperti biasanya, hilir mudik ibu-ibu atau bapak-bapak yang membawa anaknya untuk berobat. Mereka tampak sabar menunggu untuk mendapatkan giliran.Seorang ibu yang terpanggil namanya pun menghampiri meja.

 “Kenapa bu anaknya?”

            “ini dok, anak saya demam sudah 2 hari, tiba-tiba saja dingin begini”
Saya pun memegang lengan dan kakinya yang terasa semakin dingin. “Apa mungkin hipovolemic shock? Coba cek nadinya deh,” pikir saya. Nadi yang teraba lemah semakin menuju indikasi apa yang saya pikirkan. Saya pun mencubit bagian kulit untuk mengecek capillary refill time (waktu yang dibutuhkan darah dalam mengisi pembuluh darah kapiler). Saya pun terkaget ketika melihat pengisian darah kapiler sangat lambat. Tidak perlu berpikir panjang lagi kami pun membawa anak tersebut ke instalasi gawat darurat.

            Suasana IGD sangat ramai kala itu, dan kebetulan hanya ada satu brangkar yang kosong. Kini dihadapan kami tergeletak seorang anak yang terlihat semakin lemah bahkan air mata pun tidak keluar dikala dia menangis.

Kondisi hipovolemic shock adalah kondisi dimana pasien kehilangan cairan yang sangat banyak khususnya di pembuluh darah. Jika cairan menurun drastis di dalam pembuluh maka tekanan darah pun akan semakin lemah dan pertukaran oksigen serta metabolisme energi pun bisa semakin terganggu. Dalam hal ini pasien mengalami shock kemungkinan disebabkan oleh demam berdarah. Jika kalian mengetahui fase-fase demam berdarah maka ada yang namanya fase kritis, fase dimana pasien demam berdarah dengue mengalami penurunan suhu yang dikarenakan kebocoran cairan di pembuluh darah. Inilah yang dialami oleh pasien kami saat ini.

Cairan infus dan beberapa peralatan untuk memasukkan cairan pun sudah disiapkan oleh perawat. Perawat yang lebih senior mencoba untuk memasukkan jarum infus ke salah satu pembuluh darah vena di kaki, namun kali ini sepertinya gagal. Selanjutnya jarum infus diganti dengan yang lebih baru. Perawat yang lain mencoba untuk memasukkan jarum infus ke bagian pembuluh darah yang lain, namun tetap gagal. Berkali kali terus mencoba dan terasa semakin sulitnya jarum infus untuk masuk ke dalam salah satu pembuluh darah.

Saya pun memang menyadari betapa sulitnya untuk memberikan cairan infus pada pasien shock . bisa dibayangkan pembuluh darah sangatlah elastis. Lalu, tahukah apa yang terjadi jika seseorang mengalami kekurangan cairan yang berlebihan? pembuluh darah pun akan semakin sempit karena sedikitnya cairan yang mengisi pembuluh dan selang infus pun akan semakin sulit untuk dimasukkan.

Kami terus berpacu dengan waktu untuk menyalamatkan seorang anak yang semakin kehilangan kesadaran. Pertolongan pertama pada pasien ini hanyalah dengan memasukkan cairan lewat pembuluh darah. Namun, sudah setengah jam kami belum bisa membuka rute cairan infus ke dalam pembuluh darah. Akhirnya kami memutuskan untuk membawa pasien ke ruang operasi untuk diinfus oleh yang lebih ahli yaitu dokter spesialis anestesi.

Dalam perjalanan menuju ruang operasi saya melihat betapa anak ini sangat membutuhkan cairan. Bahkan sejak daritadi, terlihat lemahnya tubuh sampai-sampai menangis pun sudah tidak mampu. Sejak dari tadi pula seorang ibu yang terlihat semakin murung dan terisak dikala anaknya berkali kali berteriak dimasukkan jarum infus. Bagaimana jika anak kita sendiri yang mengalami demikian?

Sesampainya di ruang operasi keadaan semakin mencekam. Kami bekerja pun seperti terasa sesak oleh meningkatnya denyut jantung yang terus terpacu karena rasa kecemasan kami. Anak ini semakin terbaring lemah dan terlihat seperti mengantuk akibat kesadaran yang semakin menurun karena kurangnya asupan ke otak. Sekali lagi, anak ini hanya butuh jalur cairan terbuka, namun berkali-kali pun sampai dokter anestesi pun belum bisa untuk membuka jalur tersebut. Ibu dari anak ini semakin menangis tak tertahankan, bagaimana tidak, dipanggil namanya pun anak ini sudah tidak bisa berespons. Sesekali kami seperti terlihat semakin menyerah karena letih yang menghampiri. Sampai untuk memasukkan cairan lewat sumsum tulang pun sudah dilakukan namun hampir semua jarum yang dipakai bengkok ketika mencoba melewati tulang.

Dada saya semakin sesak...
Beberapa kali saya diperingatkan untuk tidak mengeluarkan air mata oleh dokter pembimbing saya yang bahkan beliau sendiri terlihat semakin sembap matanya.

Detik demi detik....
Menit demi menit..
Kejaiban tiba-tiba terjadi....
Tahukah kawan? Seorang anak yang lemah bahkan tidak bisa menangis lagi tiba-tiba menengok ke sebelah kiri dibarengi dengan tangisan yang melengking. Pada saat itu seraya anak itu coba menunjukkan bahwa masih ada pembuluh darah di leher yang masih besar dan terlihat. Anak itu sekali lagi menangis dan pembuluh darah di leher pun semakin terlihat karena tangisan yang membuat anak ini mengedan. Saat itu pula, dokter ahli anestesi tersadar sambil meminta perawat untuk mengambil jarum infus.

Ya Allah Maha Besar Engkau
Inilah harapan, inilah buah dari cinta seorang ibu yang terus mendoakan anaknya

Selang infus akhirnya terpasang di leher. Cairan infus dibiarkan dipercepat tetesannya untuk memenuhi kebutuhan cairan anak ini. Dalam waktu 15 menit kesadaran anak ini kembali pulih dan kembali menangis. Anak ini mungkin tidak tahu apa yang terjadi, tapi siluet siluet jarum, darah, teriakan tangis, dan bahkan fenomena-fenomena menuju kematian yang terpampang di depan mata, terekam dengan sangat jelas oleh ibu anak ini.     

Saya masih bersama dokter pembimbing saya, menemani seorang ibu yang sedang mengelus-elus anaknya. Kami mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Isak tangis kembali menyelimuti ibu ini ketika kami menceritakan secara detail jika terlambat sedikit saja anaknya dibawa ke rumah sakit. Namun, saya merasakan inilah isak tangis penuh syukur dari seorang ibu atas keselamatan dari anak yang dicintainya. Inilah buah dari doa yang tiada henti dipanjatkan serta usaha tanpa henti untuk mengejar harapan.


Jika di dunia ini tidak terdapat “cinta” mungkin tidak ada kesedihan akan sebuah penderitaan orang yang dikasihi. Jika di dunia ini tidak terdapat “harapan” mungkin tidak ada usaha dan doa yang terpanjatkan dari bibir yang kelu oleh isak tangis

  

2 comments:

successful man said...

Mahasuci Allah dgn segala nikmat dan karunia-Nya..
#terharu

Unknown said...

Subhanallah saya terharu membaca artikel ini T)u(T

Post a Comment