Saturday 31 March 2012

Si Garing, Si Belibeth, dan Si Maga (Bagian 1)


           Alkisah pada zaman dahulu kala di desa Doplang, Cilacap, Jawa Tengah, tinggallah seorang ksatria tangguh bernama Prabu Dimas Jokosuwiryo Ing Ngadyo Mangun Karso. Nama itu disematkan oleh ibunya yang bernama Kencanasari Pusfa Hadiyatussalamah atau yang biasa dipanggil Nyai Pupus. Nyai Pupus sendiri bersuamikan seorang pejantan tangguh bernama Prabu Popon.

            Ketika kelahiran Prabu Dimas, ada yang menjadi perbedaan pendapat antara Nyai Pupus dan Prabu Popon dan akhirnya pertengkaran suami istri pun tak terelakkan. “Kamu gimana sih ngasih nama anak panjang banget?”, marah Prabu Popon. “Suka – suka dong, wong ibunya sendiri juga panjang namanya,” Nyai Pupus melotot ke Prabu Popon. Mereka berdua beradu mulut selama beberapa jam tak henti – hentinya. Tiba – tiba keduanya menghunus keris dan perang keris pun tak bisa terelakkan lagi. Singkat cerita,  Prabu Popon kalah dengan kedahsyatan kekuatan cakra Musang Berekor Sembilan yang dimiliki Nyai Pupus. Nyai Pupus pun meminta Prabu Popon untuk keluar dari rumahnya. Akan tetapi, Prabu Popon tidak mau. Prabu Popon  terus meronta – ronta dan meminta - minta kepada Nyai Pupus untuk tidak mengusirnya. Nyai Pupus pun hanya bisa tertawa, “Hahahahaha, ini yang namanya emansipasi wanita, rasakan.”  Akhirnya Nyai Pupus pun memaafkan Prabu Popon dengan syarat Prabu Popon melakukan tugas sebagai bapak rumah tangga. Nyai Pupus pun hanya bisa tertawa, “Hahahahaha, ini yang namanya emansipasi wanita, rasakan”

            Tahun demi tahun pun berlalu, Prabu Dimas semakin tumbuh besar dan bertambah kuat. Berbanding terbalik dengan orang tuanya yang sudah terlunta – lunta, kecuali Nyai Pupus yang mempunyai cakra Musang Berekor Sembilan. Dia masih tampak muda. Tidak seperti suaminya yang sudah tua. Nyai Pupus pun hanya bisa tertawa kepada suaminya, “Hahahahaha, ini yang namanya emansipasi wanita, rasakan.”

            Prabu Dimas terkenal dengan kepiawannya dalam memberantas penjahat di desanya. Dia juga terkenal arif dan bijaksana dalam membela rakyat kecil. Tiba - tiba, ketika sedang asyik – asyiknya merenung di depan rumah, Prabu Dimas kedatangan sepasang suami istri yang terlunta – lunta datang ke rumah sambil membawa kucing. “Assalamu’alaikum,” salam sepasang suami istri itu kepada Prabu Dimas. “Wa’alaikumsalam, ada perlu sesuatu bapak... Ibu...?” jawab Prabu Dimas. Sang suami yang menenteng kucing memulai pembicaran, “perkenalkan nama saya Dzihaf dan ini istri saya, panggil saja Mita. Jadi gini sebenarnya.” Tiba – tiba Mita memotong pembicaraan.
“aih kakanda Dzihaf, aku takut anak kita kenapa – napa, aku takut kakanda dzihaf”, teriak Mita sambil menarik – narik jambang dan jenggot suaminya, Dzihaf.
“Ada apa dengan anak ibu?” tanya Prabu Dimas
“jadi begini Prabu Dimas, anak kami yang bernama Garing, Belibeth, dan Maga tiba – tiba hilang tidak tahu kemana. Kata warga ketiganya tersesat di tempat yang berbeda. Anak kami yang bernama Garing katanya tersesat di Pulau Lucu yang dijaga oleh seorang nenek sihir jahat bernama Niranu,” jawab Dzihaf
“aih kakanda Dzihaf, aku takut anak kita kenapa – napa, si Garing kan gak bisa ngelucu. Aku takut Garing kenapa – napa, aku takut kakanda Dzihaf,” teriak Mita sambil menarik – narik jambang dan jenggot suaminya, Dzihaf.
“Lalu anak kami yang bernama Belibeth katanya tersesat di Pulau Beberes yang dijaga oleh seorang nenek sihir jahat yang bernama Ninura,” jelas Dzihaf.
 “aih kakanda Dzihaf, aku takut anak kita kenapa – napa, si Belibeth kan beribet. Aku takut Belibeth kenapa – napa, aku takut kakanda Dzihaf,” teriak Mita sambil menarik – narik jambang dan jenggot lagi suaminya, Dzihaf.
“Lalu anak kami yang bernama Maga katanya tersesat di Pulau Serius yang dijaga oleh seorang nenek sihir jahat yang bernama Raninu,” tambah Dzihaf.
“aih kakanda Dzihaf, aku takut anak kita kenapa – napa, si Maga kan gak bisa jaim. Aku takut Maga kenapa – napa, aku takut kakanda Dzihaf,” teriak Mita sambil menarik – narik jambang dan jenggot suaminya, Dzihaf.
“Woooooooooy nyantai doooooong, maen tarik aje daritadi, lu kire gue gak kesakitan, sakit nih tau,” bentak Dzihaf ke Mita.
“Iya maaf deeeeh, hiks,” isak Mita
“Wooooooy, jangan berantem, nanti kayak orang tua saya tuh yang sekarang lagi berantem,” teriak Prabu Dimas

Prabu Dimas pun bersedia untuk mencari anak mereka. Dia ke dalam rumah untuk menyiapkan barang – barang bawaan dalam misinya mencari Garing, Belibeth, dan Maga. Prabu Dimas lalu keluar seraya bilang, “Baiklah, kalau begtu deskripsikan anak – anak kalian agar saya bisa menemukan anak – anak kalian.”
“Baiklah, anak saya yang pertama, Garing, merupakan anak yang pintar dalam akademiknya makanya jadi kasie Pendpro hehe. Dalam berorganisasi dia terlihat rapi dalam mengatur para staffnya dan deket juga dengan mereka. Cara memandang dia terhadap organisasi sangat kritis sekali makanya sering banyak nanya ke Kabidnya yang bernama Febrian Purnomo, biasa dipanggil Febri. Terkadang bisa bikin kabidnya gak bisa menjawab pertanyaannya pada saat itu juga. Garing itu orangnya jayus, mau melucu tapi gak lucu, hanya satu yang bikin membuat dia lucu, bersinnya itu looooh, Huaaaaaaaaaach, udah kayak mau silat. Tapi overall Garing merupakan orang yang periang.”
“lalu bagaimana yang selanjutnya?” Tanya Prabu Dimas.
“Anak kami yang bernama Belibeth merupakan orang yang menurut saya sangat baik dalam proses pengembangannya. Belibeth merupakan orang yang mau terus belajar dari kesalahan, senantiasa untuk menjadi orang yang lebih, lebih, dan lebih baik lagi. Terbukti dia sering sms meminta untuk memberikan penilaian terhadap dirinya ke anak – anak PnK untuk mengevaluasi dirinya. Untuk kedekatan dirinya ke staff sangat baik dalam beberapa hal yang saya perhatikan. Saya melihat staff – staffnya sayang sama dia.”
“waaaah, lalu untuk yang terakhir?” Tanya Prabu Dimas lagi.
“Gama ini intinya anak yang sangat lucu, konyol, tapi kritisnya bukan main juga. Sama dengan Garing, kalo nanya ke kabidnya, Febrian, mantep banget. Bener – bener detail oriented lah. Pesiar juga orangnya sangat tegas dan cepat dalam bertindak, terbukti sekarang untuk advokasi lapangan diperbaiki sekarang sudah dikerjakan. Untuk kedekatan dengan para staffnya sama, sangat dekat juga.”
“hmmm, Baiklah kalo gitu biar cepat, saya langsung berangkat ya”
“Kaju, Kage Bunshin No Jutsu (jurus perbanyak bayangan)”

Dzihaf pun hanya melamun, memandang Prabu Dimas yang semakin pergi menjauh. “aih kakanda Dzihaf, aku takut anak kita kenapa – napa, aku takut kakanda dzihaf”, teriak Mita sambil menarik – narik jambang dan  jenggot suaminya, Dzihaf.
“aaaaaaaaaaaaaaauuuuuuuuuuuuuuu,” teriak Dzihaf
Dan jambang dan jenggot pun terputus…………

Bersambung……
Nantikan cerita selanjutnya yaaaaaaaaa :-D

Created by: Dimas Febrian Purnomo

Pemeran:
Prabu Dimas: Dimas Febrian Purnomo (Kabid 1)
Nyai Pupus: Hadiyatussalamah Pusfa Kencanasari (Ketua Staff Ahli Medinfo)
Prabu Popon: Poundra Adhisatya Pratama (Ketua Senat)
Mita: Pratami Dyah (Sekjen)
Dzihaf: Hafdzi Maulana (Kabid 2)
Nenek Sihir: Nurani Nashuha Arief (Kabid 3)
Garing: Ivan Kurnianto (Kasie Pendpro)
Belibeth: Annisa Lidra Maribeth (Kasie PnK)
Maga: Pesiar Ilman (Kasie SPU)
     

2 comments:

Anonymous said...

mana nih dimas ga update update. kan kasian yg "i love your writing" itu... hehehe

Anonymous said...

Kang tulisannya bagus loh. Aku baru nemu blog ini loh terus....... JRENG..... JRENG...... JRENG........ Oke lebay. Garing juga. Maaf. Aku baru nemu ini terus langsung baca mulai dari awal postingan sampai sekarang. Bagus. Banyak inspirasi dan motivasi. Pokoknya bermanfaat banget apalagi buat aku yang kurang motivasi. Oh ya mau nanya juga belajar darimana sih sampe tulisannya bisa sebagus itu? Makasih :-)

'Semangat dan tetap tersenyum ^_^'

Post a Comment