Isak tangis...
Teriakan....
Sesak...
Jika di dunia ini tidak terdapat “cinta”
mungkin tidak ada kesedihan akan sebuah penderitaan orang yang dikasihi. Jika
di dunia ini tidak terdapat “harapan” mungkin tidak ada usaha dan doa yang
terpanjatkan dari bibir yang kelu oleh isak tangis
Waktu menunjukkan pukul 11.11 WIB di suatu poliklinik RSUD di Kabupaten Bandung. Suasana tampak seperti biasanya, hilir mudik ibu-ibu atau bapak-bapak yang membawa anaknya untuk berobat. Mereka tampak sabar menunggu untuk mendapatkan giliran.Seorang ibu yang terpanggil namanya pun menghampiri meja.
“Kenapa bu anaknya?”
“ini
dok, anak saya demam sudah 2 hari, tiba-tiba saja dingin begini”
Saya pun memegang lengan dan kakinya
yang terasa semakin dingin. “Apa mungkin hipovolemic
shock? Coba cek nadinya deh,” pikir saya. Nadi yang teraba lemah semakin
menuju indikasi apa yang saya pikirkan. Saya pun mencubit bagian kulit untuk
mengecek capillary refill time (waktu
yang dibutuhkan darah dalam mengisi pembuluh darah kapiler). Saya pun terkaget ketika
melihat pengisian darah kapiler sangat lambat. Tidak perlu berpikir panjang
lagi kami pun membawa anak tersebut ke instalasi gawat darurat.
Suasana
IGD sangat ramai kala itu, dan kebetulan hanya ada satu brangkar yang kosong.
Kini dihadapan kami tergeletak seorang anak yang terlihat semakin lemah bahkan
air mata pun tidak keluar dikala dia menangis.
Kondisi hipovolemic shock adalah kondisi dimana
pasien kehilangan cairan yang sangat banyak khususnya di pembuluh darah. Jika
cairan menurun drastis di dalam pembuluh maka tekanan darah pun akan semakin
lemah dan pertukaran oksigen serta metabolisme energi pun bisa semakin
terganggu. Dalam hal ini pasien mengalami shock
kemungkinan disebabkan oleh demam berdarah. Jika kalian mengetahui fase-fase
demam berdarah maka ada yang namanya fase kritis, fase dimana pasien demam
berdarah dengue mengalami penurunan suhu yang dikarenakan kebocoran cairan di
pembuluh darah. Inilah yang dialami oleh pasien kami saat ini.
Cairan infus dan
beberapa peralatan untuk memasukkan cairan pun sudah disiapkan oleh perawat. Perawat
yang lebih senior mencoba untuk memasukkan jarum infus ke salah satu pembuluh
darah vena di kaki, namun kali ini sepertinya gagal. Selanjutnya jarum infus
diganti dengan yang lebih baru. Perawat yang lain mencoba untuk memasukkan jarum
infus ke bagian pembuluh darah yang lain, namun tetap gagal. Berkali kali terus
mencoba dan terasa semakin sulitnya jarum infus untuk masuk ke dalam salah satu
pembuluh darah.
Saya pun memang
menyadari betapa sulitnya untuk memberikan cairan infus pada pasien shock . bisa dibayangkan pembuluh darah
sangatlah elastis. Lalu, tahukah apa yang terjadi jika seseorang mengalami
kekurangan cairan yang berlebihan? pembuluh darah pun akan semakin sempit
karena sedikitnya cairan yang mengisi pembuluh dan selang infus pun akan
semakin sulit untuk dimasukkan.
Kami terus berpacu
dengan waktu untuk menyalamatkan seorang anak yang semakin kehilangan
kesadaran. Pertolongan pertama pada pasien ini hanyalah dengan memasukkan
cairan lewat pembuluh darah. Namun, sudah setengah jam kami belum bisa membuka
rute cairan infus ke dalam pembuluh darah. Akhirnya kami memutuskan untuk
membawa pasien ke ruang operasi untuk diinfus oleh yang lebih ahli yaitu dokter
spesialis anestesi.
Dalam perjalanan menuju
ruang operasi saya melihat betapa anak ini sangat membutuhkan cairan. Bahkan
sejak daritadi, terlihat lemahnya tubuh sampai-sampai menangis pun sudah tidak
mampu. Sejak dari tadi pula seorang ibu yang terlihat semakin murung dan
terisak dikala anaknya berkali kali berteriak dimasukkan jarum infus. Bagaimana
jika anak kita sendiri yang mengalami demikian?
Sesampainya di ruang
operasi keadaan semakin mencekam. Kami bekerja pun seperti terasa sesak oleh
meningkatnya denyut jantung yang terus terpacu karena rasa kecemasan kami. Anak
ini semakin terbaring lemah dan terlihat seperti mengantuk akibat kesadaran
yang semakin menurun karena kurangnya asupan ke otak. Sekali lagi, anak ini
hanya butuh jalur cairan terbuka, namun berkali-kali pun sampai dokter anestesi
pun belum bisa untuk membuka jalur tersebut. Ibu dari anak ini semakin menangis
tak tertahankan, bagaimana tidak, dipanggil namanya pun anak ini sudah tidak
bisa berespons. Sesekali kami seperti terlihat semakin menyerah karena letih
yang menghampiri. Sampai untuk memasukkan cairan lewat sumsum tulang pun sudah
dilakukan namun hampir semua jarum yang dipakai bengkok ketika mencoba melewati
tulang.
Dada saya semakin sesak...
Beberapa kali saya diperingatkan untuk
tidak mengeluarkan air mata oleh dokter pembimbing saya yang bahkan beliau
sendiri terlihat semakin sembap matanya.
Detik demi detik....
Menit demi menit..
Kejaiban tiba-tiba terjadi....
Tahukah kawan? Seorang anak yang lemah
bahkan tidak bisa menangis lagi tiba-tiba menengok ke sebelah kiri dibarengi
dengan tangisan yang melengking. Pada saat itu seraya anak itu coba menunjukkan
bahwa masih ada pembuluh darah di leher yang masih besar dan terlihat. Anak itu
sekali lagi menangis dan pembuluh darah di leher pun semakin terlihat karena
tangisan yang membuat anak ini mengedan. Saat itu pula, dokter ahli anestesi
tersadar sambil meminta perawat untuk mengambil jarum infus.
Ya Allah Maha Besar Engkau
Inilah harapan, inilah buah dari cinta
seorang ibu yang terus mendoakan anaknya
Selang infus akhirnya
terpasang di leher. Cairan infus dibiarkan dipercepat tetesannya untuk memenuhi
kebutuhan cairan anak ini. Dalam waktu 15 menit kesadaran anak ini kembali
pulih dan kembali menangis. Anak ini mungkin tidak tahu apa yang terjadi, tapi
siluet siluet jarum, darah, teriakan tangis, dan bahkan fenomena-fenomena
menuju kematian yang terpampang di depan mata, terekam dengan sangat jelas oleh
ibu anak ini.
Saya masih bersama
dokter pembimbing saya, menemani seorang ibu yang sedang mengelus-elus anaknya.
Kami mencoba menjelaskan apa yang terjadi. Isak tangis kembali menyelimuti ibu
ini ketika kami menceritakan secara detail jika terlambat sedikit saja anaknya
dibawa ke rumah sakit. Namun, saya merasakan inilah isak tangis penuh syukur
dari seorang ibu atas keselamatan dari anak yang dicintainya. Inilah buah dari
doa yang tiada henti dipanjatkan serta usaha tanpa henti untuk mengejar
harapan.
Jika di dunia ini tidak terdapat “cinta”
mungkin tidak ada kesedihan akan sebuah penderitaan orang yang dikasihi. Jika
di dunia ini tidak terdapat “harapan” mungkin tidak ada usaha dan doa yang
terpanjatkan dari bibir yang kelu oleh isak tangis
2 comments:
Mahasuci Allah dgn segala nikmat dan karunia-Nya..
#terharu
Subhanallah saya terharu membaca artikel ini T)u(T
Post a Comment