Friday 17 February 2012

Lakukan Dengan Emas ^_^


Jatinangor, 17 Februari 2012
Pukul 16.06 WIB

          Akhirnya saya selesai juga baca buku Andrea Hirata yang berjudul “Padang Bulan” dan “Cinta di Dalam Gelas” ^_^. Banyak makna dan inspirasi yang saya ambil dari kejadian - kejadian yang terjadi di dalam buku ini. Jadi sebenarnya buku ini menerangkan siapa Maryamah Karpov sebenarnya (karena pas tetralogi laskar pelangi, buku yang berjudul Maryamah Karpov, tidak begitu menerangkan Maryamah Karpov). Di buku ini diulas cerita tentang perjuangan seorang anak yatim piatu yang bernama Enong (nama aslinya Maryamah, dipanggil orang tuanya Enong, yang merupakan panggilan kesayangan orang melayu). Nama julukan “Karpov” sendiri berasal dari nama Anatoly Karpov, seorang pecatur legendaries yang terkenal dengan formasi “Benteng Bersusun” miliknya. Maryamah sangat menguasai teknik ini dan secara natural muncul di dalam dirinya (maksudnya sebelum dikasi tau kalo ternyata teknik yang dia gunakan adalah teknik Anatoly Karpov). Alur cerita buku ini sendiri lebih mengangkat kehidupan orang melayu di tanah Belitong dan serunya perlombaan catur pada perlombaan 17 agustusan di belitong. ^_^

            Ada hal yang menarik yang ingin saya bagikan kawan ketika membaca buku ini yang terdapat pada buku Cinta di Dalam Gelas halaman 246. Ini merupakan cuplikan cerita ketika Maryamah berhasil menembus final melawan Matarom (mantan suaminya yang telah “menyusahkannya” ketika mereka menjalani kehidupan rumah tangga sebelumnya). Kalimatnya seperti di bawah ini:

            “Aku ingin memenangkan pertandingan final itu, Boi,” suaranya berat. Ia tampak tak sabar ingin mengakhiri perjalanan epiknya dari seorang pecatur yang dipandang sebelah mata ke puncak kejuaraan.
            “Aku harus dari menang”
            Aku pulang dari rumah Maryamah dengan lamunan yang makin panjang. Orang tak mengenal Maryamah secara mendalam takkan dapat memahami alasan dan langkah yang ia ambil untuk menegakkan harga dirinya. Melalui Maryamah, aku belajar menaruh hormat pada orang yang menegakkan martabatnya dengan cara membuktikan dirinya sendiri, bukan dengan membangun pikiran negative tentang orang lain. Lalu aku berpikir, seumpama catur, hidup sedikit banyak bak reaksi atas pilihan sulit yang silih berganti mem-fait accompli manusia, dan alasan selalu lebih mudah dilupakan ketimbang akibat.

(dikutip dari: Cinta di Dalam Gelas hal: 246)

            Ketika saya membaca paragraf di atas rasanya seperti bergetar tubuh ini. Ya, sebuah pembuktian, bukan berasal dari apa yang kita katakan, tapi berasal dari apa yang kita lakukan. Ketika diri kita diolok – olok, ketika diri kita direndahkan, buktikanlah dengan semangat juang yang tinggi bahwa kita bukan seperti itu. Buktikan dengan sebuah usaha yang maksimal dari kita untuk menyanggah apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Kalau menurut saya, “diam” itu bukan emas, melainkan “diam dan melakukan sesuatu” barulah emas. ^_^

            Semangat dan tetap tersenyuuuuuuum ^_^

No comments:

Post a Comment